Jam Sekarang

Selasa, 17 Juni 2014

KESEHATAN

Prototipe Wheezy

Wheezy, Perangkat Penolong Penderita Asma




Prototipe Wheezy

VIVANews - Pengalaman membuat seorang penderita asma, Chris Striffler, bertekad agar bisa keluar dari penyakit pernafasan itu. 
Pada awal tahun lalu, Striffler pernah menderita saat tiba-tiba serangan asma menyerang dirinya. Ia butuh waktu dua jam untuk menempuh jarak 30 mil menuju rumah sakit. Selama perjalanan, ia merasakan perjuangan melawan hidupnya, meski akhirnya ia bisa sampai dan langsung dirawat.
 
Selama memulihkan penyakitnya, Stiffler tak tinggal diam. Ia tercetus ide membuat aplikasi, atau alat bantu yang bisa memprediksi datangnya serangan asma. Setidaknya, dilansir Readwrite, Senin 16 Juni 2014, cara ini bisa meringankan deritanya.
Ia kemudian muncul ide untuk membuat sebuah perangkat bernama Wheezy, perangkat keras yang dapat mengotomatisasi proses dan memberikan peringatan serangan asma di masa datang. 
Awalnya, Stiffler mengembangkan perangkat itu untuk keperluannya secara pribadi. 
Ia ingin beralih dengan teknik perawatan yang lebih baik. Sebab, selama ini perawatan asma hanya fokus pada upaya menghindari pemicu asma seperti asap rokok, mengonsumsi obat-obatan yang dapat mengendurkan saluran bronkial, dan melacak perubahan pola pernafasan dengan menggunakan tabung tertentu. 
Namun, perawatan itu dinilai terlalu rumit. Penderita harus bernafas ke dalam tabung melekat pada spirometer, perangkat yang mengukur volume udara bergerak masuk dan keluar dari paru-paru. 
Beberapa aplikasi mobile saat ini memang sudah membuat pasien lebih leluasa, melacak informasi pernafasan mereka. Namun, cara itu masih harus memasukkan data secara manual. 

Kawinkan dengan Smartphone
Nah, dengan ide Wheezy-nya itu, Stiffler ingin menyederhanakan proses, misalnya melacak data pasien sehingga mempercepat dokter memperingatkan pasien atas serangan asma.
Wheezy merupakan perangkat kecil, seperti power bank dengan model berwarna-warni. Perangkat itu dihubungkan dengan lubang jack headphone ponsel pintar. Pasien kemudian bernafas ke ujung yang lain dan sebuah aplikasi yang terkait mencatat data spirometri.
Menariknya, aplikasi Wheezy memungkinkan menarik data relevan dari sumber lain, yang meliputi kondisi lingkungan untuk tidur penderita dan pola latihan yang diperoleh dari aplikasi fitnes. 
Dalam mewujudkan ide perangkat bantu itu, Stiffler meminta bantuan Gangplank, ruang kerja kolaboratif di Arizona, Amerika Serikat, yang bekerja sama dengan programmer, untuk menciptakan prototipe pertama. 
Setelah beberapa malam dikembangkan, Stiffler mendapatkan prototipe perangkat sudah cukup layak. Akhirnya, model awal itu akan bisa diajukan ke perusahaan Vicinity Heath, perusahaan start up yang didirikan untuk membantu orang yang berurusan dengan problem pernafasan. 
Stiffler kemudian membawa prototipe perangkat itu ke Scott Schrake, profesor teknik Arizona State University dan Brian Straub, Seorang apoteker lokal. Perusahaan start up itu juga menerima Iron yard, program akselerator di South Carolina yang bekerjasama dengan Mayo Clinic.
Hasil kolaborasi itu dijadwalkan akan melahirkan 100 perangkat Wheezy untuk uji beta. Direncanakan jika bisa resmi, perangkat itu akan dibanderol dengan US$79-99, plus layanan aplikasi  berlangganan US$9 per bulan. 
Keburu Meninggal
Sayangnya, rencana brilian itu tak sempat dinikmati Stiffler. Ia telah meninggal dunia sebelum Wheezy resmi diluncurkan. 
Rencana rilis perangkat ditahan. Namun, Shrake dan Straub bertekad melanjutkan visi Stiffler, untuk menolong pasien asma di masa depan. 
Shrake pun mengungkapkan, antusiasme Stiffler atas perangkat bantu itu, pada pesan sebelum ia meninggal. 
"Pesan terakhirnya kepada saya yaitu 'Bayangkan, tiga bulan dari sekarang kita akan melemparkan wheezy pada Health 2.0," tutur Shrake.
Stiffler meninggalkan seorang istri dan kedua anaknya. 
Asma telah menjadi problem yang menghantui 25 juta warga AS. Disebutkan, sembilan orang meninggal tiap hari karena serangan asma. Visi Stiffler itu tampaknya menemukan konteksnya meski ia awalnya ingin menggunakan Wheezy untuk dirinya pribadi.
"Suami saya akan sangat senang jika Wheezy akan membantu siapa pun, bahkan hanya untuk satu orang. Dan, akhirnya pasien asma tak takut lagi," kata istri Stiffler, Sandu Wu.  (asp)

http://www.umm.ac.id/id/berita-ilmiah-umm-325-wheezy-perangkat-penolong-penderita-asma.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar